Thursday, November 19, 2015

"Halah, munafik!"

"Halah, munafik! Sok sok an ceramahin kita ini itu, dia sendiri aja belum bener. Cuih".

Pasti kalian pernah atau bahkan sering mendengar orang berujar seperti kalimat di atas. Ya, banyak dari kita merasa tidak nyaman jika mendapat nasihat dari orang yang (berciri-ciri) munafik. Intinya, dalam hati sebenarnya ingin bicara "Gue lebih oke dari Loe, jadi ga usah nasihatin gue".

Munafik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua. (http://kbbi.web.id/munafik).

Salah satu contoh munafik seperti yang telah disebutkan dalam KBBI adalah suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti ada saja tipe orang yang seperti ini, entah mungkin teman atau bahkan diri kita sendiri (?). Munafik adalah salah satu penyakit hati yang harus dijauhi.

Suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya.

Lalu kemudian munculah pertanyaan dari dalam diri saya.
Apakah orang yang perbuatannya selalu buruk harus berkata buruk, sedangkan orang baik harus selalu berkata baik
Mengapa orang yang perilakunya buruk jika berkata baik perkataannya itu hilang kebaikannya?
Bukannya satu-satunya manusia yang baik itu cuma Nabi Muhammad?
Artinya kita semua buruk dan munafik?

Salah satu member KBM (yang saya lupa namanya siapa) pernah posting isi tulisan yang kurang lebih begini,
"Kalau dikasih pisang, makan saja pisangnya jangan kulitnya. Kalau dikasih kopi, minum saja kopinya jangan sampai ampasnya."

Lalu dia berkata, intinya jika pemabuk pada saat mabuk bilang "Woi sana solat!" Itu tetap perkataan baik. Munafik memang, tapi biarlah itu jadi urusan dia. Anjuran solat itu tetap baik, celakalah kita yang justru tidak ingin mendengar nasihat baik. Terimalah nasihatnya, jangan pedulikan kemunafikannya karena itu urusan si pemabuk dengan Allah, bukan urusan kita.

Lantas jika kita masih kekeuh bilang "Munafik mah munafik aja". Mari bercermin, kita manusia pasti buat dosa, lantas apakah kita yang berlumur dosa tidak boleh berkata baik? Ustadz saja yang jelas pasti memiliki dosa, dia justru berdakwah dan menyiarkan agama. Masa kita kalah sama ustadz? Gak usah ngomong yang berat-berat, hal baik walau kecil namun disampaikan tetap akan bernilai ibadah di mata Allah. Masa sudah banyak dosa masih ga mau denger nasihat baik walau datangnya dari orang munafik? Nanti nambah dosa looooh.

Biarlah kemunafikan seseorang menjadi urusan orang tersebut dengan Tuhan. Sesungguhnya dia memunafikan dirinya sendiri, bukan orang lain. Allah kan bilang "Sampaikanlah walau seayat" tapi Allah ga pernah bilang siapa yang harus menyampaikan. Allah ga pernah bilang orang baik yang harus menyampaikannya kan? Karena itu udah tugas semua manusia, mau baik mau jahat.

Kalian juga kalo nasihatin teman, adik, kaka, saudara tentang hal-hal baik, memangnya kalian udah baik? So, jika dapat nasihat baik DARI SIAPAPUN, please terimalah dengan baik, tugas kita hanya menerima. Soal kemunafikannya itu udah urusan Allah, biar Allah yang atur. Kita kok manusia sok sok ikut campur dengan tidak mau mendengar nasihat baiknya, justru malah mencaci dalam hati. Jangan-jangan kita yang lebih buruk dari orang munafik itu?
Makan pisangnya jangan kulitnya. Jadi mau makan pisang hehehe

Post ini terinspirasi dari member KBM (yang lupa namanya siapa). Hatur nuhun, Kang! :)

0 komentar:

Post a Comment