Friday, August 12, 2016

The Peter Pan Syndrome

https://images-na.ssl-images-amazon.com/images/I/81hoUMjbCQL.jpg

JM Barrie (1860-1937) adalah seorang sastrawan dari Skotlandia yang menulis cerita anak dengan tokoh utama Peter Pan. Ia menggambarkan Peter Pan sebagai bocah lelaki nakal bersayap yang secara magis menolak untuk menjadi dewasa dan serba kekanak-kanakan, yang pada akhirnya membuat Dan Killey (1983) menjadikannya sebuah penyakit psikologis, The Peter Pan Syndrome.
The Peter Pan Syndrome atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Sindrom Peter Pan merupakan suatu fenomena psikologis sosial dimana seorang pria menolak untuk menjadi dewasa. Dinamakan demikian karena memang "Peter Pan" menolak untuk menjadi dewasa agar tidak kehilangan masa kanak-kanaknya. 
The Peter Pan Syndrome ditujukan kepada laki-laki dewasa yang secara psikologis, sosial, dan seksual tidak memiliki kematangan. Hal-hal tersebut dapat ditunjukan dari pola perilaku laki-laki yang pengidap The Peter Pan Syndrome. Ciri-ciri perilaku tersebut adalah:
1.     Cenderung tidak bertanggung jawab
2.      Suka melawan
3.     Manja
4.     Sulit berkomitmen
5.     Bukan Pekerja Keras
6.     Mudah marah jika keinginannya tidak terpenuhi
7.     Narsis
8.     Mengalami ketergantungan pada orang lain bahkan dalam hal-hal kecil
9.     Jago melakukan manipulasi untuk membuktikan bahwa dirinya benar
10. Memiliki keyakinan yang melampaui hokum dan norma masyarakat
11. Enggan untuk hidup sendiri tetapi selalu merasa sendiri
12. Tidak berani mengambil keputusan dan menanggung resiko
13. Mudah sakit hati
14. Tidak dapat menerima kritik
15. Kurang percaya diri
16. Pemberontak
17. Menolak berhubungan dengan lawan jenis

The Peter Pan Syndrome ini muncul akibat dari salahnya pengasuhan yang diberikan orang tua saat laki-laki tersebut masih kanak-kanak. Orang tua selalu melindungi sehingga cenderung membela saat anaknya melakukan kesalahan, orang tua selalu mengikuti keinginan si anak  yang justru merupakan hal yang salah kaprah. Ketika si anak selalu menerima perlindungan bahkan ketika mereka salah, maka disitulah anda tidak mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab dan mandiri. Hal tersebutlah yang akhirnya membentuk pola perilaku si anak selalu menjadi kekanak-kanakan meskipun mereka berada di usia yang sudah tidak dapat disebut anak-anank.
Seorang laki-laki yang memiliki sindrom ini tidak dapat hidup tanpa sosok orang yang selalu mengerti, membela, memberikan apa yang mereka mau, dan melindunginya. Bahkan laki-laki dengan sindrom ini harus memilki istri yang perilakunya 11:12 dengan pola asuh orang tua laki-laki tersebut, dan apabila ia tidak mendapatkannya hal tersebut biasanya berujung kepada dua hal, pernikahan mereka akan mengalami perceraian, atau laki-laki tersebut akan sering “pulang kampong” ke pada orang tuanya untuk selalu merasa terlindungi.


Referensi:

0 komentar:

Post a Comment