Thursday, July 16, 2015

Untuk Kamu, temanku.

Halo teman, tak kudengar kabarmu sedari setahun yang lalu. Ah tidak, bukan setahun tapi beberapa bulan yang lalu. Apa kamu baik-baik saja? Penuh harap, semoga kamu menjawabnya dengan 'iya'. Kita sudah tak saling berbagi cerita, berbagi kabar, berbagi tawa, berbagi rasa.

Hmmm tak ku sangka semua sudah berlalu, pertemanan kita. Perlahan semua berangsur semu. Mungkin karena kita sudah sama-sama tidak mau saling 'menyentuh', bertanya kabar... kabarmu, kabar keluargamu, kabar keponakan lucumu itu, kabarku, kabar rutinitasku, dan kabar semua tugas yang sering aku bebankan padamu. Hehehehe, kalau dipikir-pikir aku menyebalkan ya? Iya, jawab saja begitu.

Ah iya, terakhir kita saling kabar-mengabari ketika Ayahmu sakit. Bagaimana keadaannya? Semoga Allah lekas mengangkat sakit beliau. Aamiin.



Aku ceritakan sedikit tentang diriku yaaa, bolehkan?
Semoga boleh. Pasti boleh.. Yaa boleh atau tidaknya juga percuma, ujung-ujungnya kau juga akan membacanya hehehe.

Sekarang aku berjuang sendirian. Maksudku... aku benar-benar sendirian. Dulu waktu kita masih berteman, setidaknya kamu penyemangatku, penyelamat tugasku. Sekarang, aku tinggal sendiri... tugasku harus aku sendiri yang mencari cara untuk menyelesaikannya, entah tanya teman, tanya senior, atau tanya google. Si pengatur jadwalku bukan kamu lagi, posisimu tergantikan dengan schedule board di dinding kamar kost ku. Alarm pagiku juga bukan telepon dari kamu lagi, tapi alarm handphone yang aku setting sendiri. Kalau ada masalah pun bukan kamu yang aku tuju sekarang, tapi Tuhanku...

Teman, kesendirianku membuatku tumbuh mandiri, keimananku pun bersamaan tumbuh. Kesendirian menyadarkan bahwa aku sebenarnya tidak benar-benar sendiri, ada Sang Maha Besar yang selalu menemani hambaNya. Kesendirian itu pun mengajarkan aku untuk bergantung hanya pada Tuhanku. Ketergantungan itu yang membangkitkan keimananku, membangkitkan diriku agar terus dekat denganNya, karena ketika aku sedang mendekatiNya...aku merasa dijaga, dipeluk, dan aku merasa Tuhanku ada, dan nyata.

Ah maaf, aku hanya terlalu terbawa suasana. Sejujurnya aku rindu kamu, teman. Kau yang mengajarkanku bagaimana cara untuk menjadi hamba yang baik, menjadi muslimah yang baik, dan aku insha Allah sedang dalam proses hijrah, terimakasih atas ilmu yang kamu bagi denganku dulu.

Ingin rasanya aku langsung menghubungimu. Namun, apa daya kita sudah saling menghapus 'kita'. Kuharap kau membaca ini, dan kuharap kau bahagia atas hijrahku. Ah hampir lupa, minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Salamku untuk keluargamu dan Keeva. Semoga kalian baik-baik saja.

1 comment: