http://movie.co.id/wp-content/uploads/2015/02/Poster-film-Sabtu-Bersama-Bapak-1.jpg |
Sutradara : Monty Tiwa
Penulis : Adhitya Mulya, Monty Tiwa
Cast : Abimana Aryasatya, Acha Septriaasa, Arifin Putra, Deva Mahenra, Ira Wibowo, Sheila Dara Aisha
Apa yang seorang bapak akan lakukan jika dia tahu hidupnya tidak akan lama
lagi? Apa yang seorang istri akan lakukan, jika dia tahu sebentar lagi, dia
harus menempuh semua tantangan hidup, sendiri? Apa yang seorang pria akan
lakukan, jika dia harus tmbuh tanpa seorang bapak?
Gunawan Garnida (Abimana
Aryasatya) memiliki jawabannya. Gunawan tahu dia tidak akan dapat melihat kedua
anaknya, Satya dan Cakra, tumbuh. Gunawan memutuskan untuk melakukan sesuatu
agar kedua anaknya tetap tidak kehilangan sosok bapak dalam hidup mereka.
Setelah dewasa, Satya
(Arifin Putra) dan Cakra (Deva Mahenra) memiliki masalah mereka sendiri. Satya
memiliki masalah dengan cara dia membina rumah tangga bersama Rissa (Acha
Septriasha) dan Cakra mengalami kesulitan mencari jodoh. Ibu Itje pun tidak luput
dari masalah, yang dia putuskan untuk dia jalani sendiri.
Apakah Gunawan, yang sudah
lama berpulang, dapat menolong mereka?
Review:
Secara keseluruhan film ini berhasil (setidaknya) menggambarkan sebanyak 80% cerita dari novelnya. Bagian awal film berhasil menyentuh hati penonton, saya pun ikut terenyuh ketika menontonnya. Namun ada beberapa bagian yang menyajikan editing yang kurang baik, banyak efek-efek dreamy yang ternyata tak memiliki makna yang berkaitan dengan cerita. Permainan efek di film ini menurut saya terlalu dipaksakan sehingga mengurangi esensi ceritanya.
Sebagai orang yang telah membaca novelnya terlebih dahulu, banyak peran-peran yang terkesan dilebih-lebihkan di film dibanding di novel, dan banyak dialog yang menurut saya terkesan garing (kalau anak jaman seakarang bilangnya receh). Namun dari itu semua akting-akting para cast patut diacungi jempol, karena mereka sangat mendalami perannya masing-masing.
Banyak bagian yang terkesan penting di dalam novel tetapi tidak dijelaskan di dalam filmnya. Saya jujur saja merasa kecewa dengan hal tersebut. Saya sangat amat menikmati cerita yang dituliskan di dalam novel dibanding dengan cerita yang digambarkan di film. Untuk itu saya memberi poin 3 dari 5 untuk film ini. Penilaian saya bisa saja subjektif, maka alangkah baiknya jika kalian menonton terlebih dahulu filmnya dan coba bandingkan dengan novelnya. Maju terus perfilman indonesia semoga penilaian ini dapat mengajak insan film di Indonesia untuk berbenah menjadi lebih baik lagi.
0 komentar:
Post a Comment