Thursday, November 19, 2015

Review 3 Website Belajar Koding

Rekomendasi buat para maba atau Programmer Newbie yang mau belajar koding. I've tried to learn through this three websites:
1. https://www.codecademy.com/
2. http://jagocoding.com/
3. https://www.khanacademy.org/

These are my review:

1. Codecademy.com
For me, this is the most helpful to increase my programming skill. Codecademy is simple, and fun! First of all (as always) we have to sign up into this website, u could use google and facebook account. Next, bisa pilih bahasa pemrograman apa yang mau kita pelajari. Setelah itu kita dikenalkan dengan hal2 dasar seputar bahasa pemrograman tersebut, kita juga diberikan instruksi untuk menulis program sampai akhir. Pokonya seru deh soalnya kita tuh kaya belajar "Langsung" ga cuma nonton video atau baca codingan orang. Kita ngetik code program sendiri sesuai instruksi.

2. Jagocoding.com
This website is originally made by Indonesian. We have to proud of it! Ayo programmer muda yang mau belajar koding, kapan lagi bangga punya website dari negeri sendiri? Dengan kamu belajar di sini artinya kamu mencintai produk Indonesia. Jagocoding.com punya tutorial koding yang lengkap loh. Buat yang bingung sama tugas kuliah bisa loh cari referensinya di sini, kapan lagi kan dapet tutorial dari orang Indonesia pake bahasa Indonesia hehe. Come and try!

3. Khanacademy.org
Well, sebenernya saya ga terlalu suka belajar di khan academy. It's soooooo confusing. Jadi agak bingung gimana belajarnya. Pas mau buka tutorial, muncul video tutorial gitu. Setelah video selesai ada next step nya. Senior saya banyak yang belajar di khanacademy, kelebihannya karena setelah selesai buat code program, kodingnya bisa disimpan di git hub. Terus bisa ikut kursus dari user-user lain. Cuma kelemahannya sih (menurut saya) ada di sisi tutorialnya.
Well, sekian review dari saya. Lebih baik dicoba sekalian dari pada cuma baca review, karena mungkin review ini bernilai subjective. Jadi selamat mencoba ketiganya.
Semoga bermanfaat

"Halah, munafik!"

"Halah, munafik! Sok sok an ceramahin kita ini itu, dia sendiri aja belum bener. Cuih".

Pasti kalian pernah atau bahkan sering mendengar orang berujar seperti kalimat di atas. Ya, banyak dari kita merasa tidak nyaman jika mendapat nasihat dari orang yang (berciri-ciri) munafik. Intinya, dalam hati sebenarnya ingin bicara "Gue lebih oke dari Loe, jadi ga usah nasihatin gue".

Munafik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya; bermuka dua. (http://kbbi.web.id/munafik).

Salah satu contoh munafik seperti yang telah disebutkan dalam KBBI adalah suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti ada saja tipe orang yang seperti ini, entah mungkin teman atau bahkan diri kita sendiri (?). Munafik adalah salah satu penyakit hati yang harus dijauhi.

Suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya.

Lalu kemudian munculah pertanyaan dari dalam diri saya.
Apakah orang yang perbuatannya selalu buruk harus berkata buruk, sedangkan orang baik harus selalu berkata baik
Mengapa orang yang perilakunya buruk jika berkata baik perkataannya itu hilang kebaikannya?
Bukannya satu-satunya manusia yang baik itu cuma Nabi Muhammad?
Artinya kita semua buruk dan munafik?

Salah satu member KBM (yang saya lupa namanya siapa) pernah posting isi tulisan yang kurang lebih begini,
"Kalau dikasih pisang, makan saja pisangnya jangan kulitnya. Kalau dikasih kopi, minum saja kopinya jangan sampai ampasnya."

Lalu dia berkata, intinya jika pemabuk pada saat mabuk bilang "Woi sana solat!" Itu tetap perkataan baik. Munafik memang, tapi biarlah itu jadi urusan dia. Anjuran solat itu tetap baik, celakalah kita yang justru tidak ingin mendengar nasihat baik. Terimalah nasihatnya, jangan pedulikan kemunafikannya karena itu urusan si pemabuk dengan Allah, bukan urusan kita.

Lantas jika kita masih kekeuh bilang "Munafik mah munafik aja". Mari bercermin, kita manusia pasti buat dosa, lantas apakah kita yang berlumur dosa tidak boleh berkata baik? Ustadz saja yang jelas pasti memiliki dosa, dia justru berdakwah dan menyiarkan agama. Masa kita kalah sama ustadz? Gak usah ngomong yang berat-berat, hal baik walau kecil namun disampaikan tetap akan bernilai ibadah di mata Allah. Masa sudah banyak dosa masih ga mau denger nasihat baik walau datangnya dari orang munafik? Nanti nambah dosa looooh.

Biarlah kemunafikan seseorang menjadi urusan orang tersebut dengan Tuhan. Sesungguhnya dia memunafikan dirinya sendiri, bukan orang lain. Allah kan bilang "Sampaikanlah walau seayat" tapi Allah ga pernah bilang siapa yang harus menyampaikan. Allah ga pernah bilang orang baik yang harus menyampaikannya kan? Karena itu udah tugas semua manusia, mau baik mau jahat.

Kalian juga kalo nasihatin teman, adik, kaka, saudara tentang hal-hal baik, memangnya kalian udah baik? So, jika dapat nasihat baik DARI SIAPAPUN, please terimalah dengan baik, tugas kita hanya menerima. Soal kemunafikannya itu udah urusan Allah, biar Allah yang atur. Kita kok manusia sok sok ikut campur dengan tidak mau mendengar nasihat baiknya, justru malah mencaci dalam hati. Jangan-jangan kita yang lebih buruk dari orang munafik itu?
Makan pisangnya jangan kulitnya. Jadi mau makan pisang hehehe

Post ini terinspirasi dari member KBM (yang lupa namanya siapa). Hatur nuhun, Kang! :)

Monday, November 16, 2015

Fenomena Alay

haLo nam4 Q Hut4me, tp kaliand bis4 panggil Q t4mi.

Halo kalian yang tidak asing dengan huruf dan angka pada kalimat di atas! Selamat! Kalian pernah memasuki jaman di mana tulisan tersebut menjadi trend!

Saya tidak mau munafik, dulu saya pernah seperti itu. Saya mengalami fase "ALAY" ketika memasuki masa sekolah menengah pertama. Pada saat SMP saya itu anak yang supel, punya banyak teman, dan tidak mau tertinggal jaman. Pertama kali saya mengenal tulisan seperti di atas adalah ketika saya berkirim SMS dengan teman sekelas. Teman saya membalas dengan ketikan yang tidak jauh beda dengan kalimat yang sudah saya tulis sebelumnya. Pada saat itu saya langsung menyimpulkan bahwa hal tersebut adalah trend masa kini, dan dengan rasa PD yang tinggi akhirnya saya membalas pesan singkat dengan menggunakan tulisan alay.

Berawal dari SMS, akhirnya ke alay-an saya merambah pada jejaring sosial. (Subhanallah, saya menulis ini dengan rasa percaya tidak percaya, dan ada sedikit rasa jijik hahahahaha). Situs jejaring sosial yang sedang nge-trend pada masa SMP dulu adalah Facebook. Jaman dulu, kalau lihat nama Facebook belum Alay artinya belum gaul. Entah saya yang salah gaul atau apa, pokonya gitu deh. Maka dengan rasa kebelet gaul yang amat sangat mendalam, akhirnya saya merubah display name Facebook saya dari Hutami Septianaraswaty menjadi Dodol Imuetz. Amit-amit jabang bayi, subhanallah, saya jijik sendiri ini ya Allah :'(. Tapi tenang saja, karena rasa aneh yang tiba-tiba muncul dan kesadaran diri akan hal menjijikan tersebut, akhirnya display name itu hanya bertahan satu hari. Alhamdulillah wasyukurillah, Allah kasih hidayah cepat sama saya.

Semenjak rasa aneh itu muncul dan meluap ke dalam otak saya, saya mulai menganggap ex-display name saya itu no to the rak, a.k.a norak. Iya udah kalian tidak usah tertawa terbahak-bahak :').

Akhirnya, masih dalam fase alay dengan tingkat kesadaran minimum, setelah mengganti display name Facebook menjadi normal kembali, saya masih mengetik sms dengan alay. Ingat?? Hanya SMS. Singkat cerita, saya mulai meninggalkan hal-hal alay tersebut ketika kelas 3 SMP. Mengingat persiapan ujian yang harus saya hadapi dengan mengikuti bimbel dan les bahasa inggris, saya pun akhirnya muak sendiri dengan tulisan alay tersebut. Rumus matematika dan fisika, serta materi persilangan pada mata pelajaran biologi yang semuanya membutuhkan simbol, membuat saya semakin muak dan muntaber jika harus mengetik dengan simbol-simbol lagi di SMS. Akhirnya hidayah datang berkelanjutan, saya pun melewati masa Alay.

Mari semua bilang.. Alhamdulillah :)

Memasuki masa kuliah, Facebook sudah tidak menjadi trend lagi. Lambat laun saya meninggalkan jejaring sosial tersebut meski tidak sepenuhnya. Saya masih sering membuka postingan lama (yang mungkin sekarang sudah saya hapus). Foto-foto lama saya yang posenya....(jangan biarkan saya membahas masalah foto lebih lanjut) sudah saya hapus, karena posenya yang alay dan kebetulan saya yang belum berhijab, akhirnya foto-foto tersebut saya hide tapi ada beberapa juga yang langsung saya hapus. Saya tidak mau aib saya ini berkelanjutan, makanya saya hide dan hapus.

Saya bertaubat karena mengikuti trend masa itu. Sekarang saya sudah pulih, jauh kembali normal, bahkan insya allah untuk ketik-mengetik dan berfoto sudah sangat normal. Alhamdulillah :)

NB: Saya menulis ini dengan rasa percaya tidak percaya, dan batin yang memberontak, serta rasa jijik, dan rasa ingin bab yang berkecamuk. Moga kalian yang sudah baca, cukup tertawa, setelah itu mari jangan dibahas jika bertemu dengan saya. Aamiin :')

Sunday, November 15, 2015

Ujung-Ujungnya Kami

Tergelitik hati saya ketika mendengar kejadian pada tanggal 15 Oktober 2015 kemarin. Ya, tepat satu hari sebelum saya menuangkan segenap pemikiran yang muncul pada diri saya mengenai kejadian tersebut. Paris diserang teroris, begitu kata mereka. Ibu Kota Perancis mengalami rentetan aksi teror pada Jumat malam waktu setempat. Penembakan, penyanderaan, dan serangan bom terjadi di beberapa titik seperti restoran, gedung konser, bar, dan stadion. Korban berjatuhan, Kota Paris tercekam.

Suasana di lokasi penyanderaan di Kota Paris, Prancis, Jumat (13/11/2015) malam. (Reuters)
http://news.liputan6.com/read/2365542/teror-paris-100-orang-ditemukan-tewas-di-gedung-konser

Kepolisian Perancis mengatakan setidaknya ada 100 orang korban tewas di dalam gedung konser akibat aksi teror tersebut (http://news.liputan6.com/read/2365542/teror-paris-100-orang-ditemukan-tewas-di-gedung-konser). Masyarakat dunia terbangun karena kejadian yang kata mereka adalah kejadian Maha Dahsyat, terorisme. Kejadian di Kota Paris membangkitkan amarah mereka Jumat kemarin. Netizen berbondong-bondong menyuarakan hashtag #Pray4Paris dan berbagai hashtag bela sungkawa lainnya. Saya turut berduka atas kejadian tersebut, sangat berduka. Namun, hati saya tidak kalah berduka melihat masyarakat dunia yang seakan "baru terbangun" berkat kejadian terorisme di Paris kemarin.
 
Mari kita sama-sama renungkan...
Palestina, dengan berjuta-juta mayat yang tergeletak, entah itu pria, wanita, atau bahkan anak-anak, SETIAP HARI.
http://www.kaskus.co.id/thread/53beb480582b2e66248b45b2/doa-amp-aksi-untuk-saudara-kita-di-palestine/
Suriah, tidak jauh beda dengan Palestina kondisinya, SETIAP HARI.
Lalu bagaimana dengan Iraq?
Burma?
Afghanistan?
Yaman?
Bosnia?
...

Mereka menyebut kejadian di Kota Paris sebagai TERORISME, media berbondong-bondong mem-blow up berita tersebut ke seluruh penjuru negeri. Kami seakan-akan dijejali aksi kejahatan terkejam yang ada di salah satu belahan dunia sampai lupa ada kejadian yang SAMA di belahan dunia lain, bahkan lebih kejam. Ada kejadian yang entah memang sengaja dipendam, disembunyikan, dan ditutup-tutupi. Kami harus menjadi lupa akan kejadian-kejadian lainnya yang SAMA, sekali lagi, bahkan lebih kejam.

Berbicara tentang kaum wanita dan anak-anak yang terbunuh di belahan dunia lain tersebut. Mari kita renungkan sebagai manusia yang manusiawi. Dimana kalian saat berjuta-juta wanita dan anak-anak mati mengenaskan, mayatnya tergeletak bagai bangkai di tengah jalan? Akankah kalian sama marahnya? Akankah berbagai hashtag bela sungkawa itu muncul? Ataukah kalian masih tetap bungkam? Tuli? Lupa?

Jika kalian berpikir bahwa kejadian di Kota Paris adalah terorisme, lalu kalian sebut apa kejadian di belahan dunia lain yang lebih parah dari itu?

Spekulasi saya muncul, jika kejadian di Kota Paris semakin di blow up dan kejadian di belahan dunia lain semakin dipendam, saya takut ujung-ujungnya Kami. Saya takut justru kalian menyudutkan Kami. Dan yang lebih saya takutkan adalah, kalian semakin tidak memperdulikan kami yang berada di belahan dunia lain itu.

Menyimak berita pada media elektronik semalam, diberitakan bahwa salah satu tersangka beridentitas warga Suriah #CMIW.

Mari melawan lupa.

Saya Muslim, dan saya benci terorisme
Saya Muslim, dan karena saya Muslim bukan berarti saya teroris
Saya Muslim, dan karena saya Muslim bukan berarti saudara saya yang juga Muslim adalah teroris

Mungkin kamu bukan Muslim, dan saya tahu kamu juga benci terorisme
Mungkin kamu bukan Muslim, dan karena kamu bukan Muslim maka kamu bukan teroris
Mungkin kamu bukan Muslim, dan karena kamu bukan Muslim maka saudara kamu yang bukan Muslim adalah bukan teroris

Kami Muslim, dan karena itu Kami benci terorisme
Kami Muslim, dan karena kami Muslim Kami mengutuk kejadian terorisme yang Mungkin dilakukan oleh saudara Muslim kami
Kami Muslim, dan karena kami Muslim Kami juga mengutuk kejadian terorisme yang Mungkin dilakukan oleh kalian

Kami Muslim mengutuk semua kejahatan teror yang terjadi bukan hanya di Kota Paris, namun di negara-negara lain yang bernasib sama. Kami muslim sangat mengutuk terorisme yang membunuh anak-anak dan wanita-wanita di belahan dunia lain tersebut.

Akankah ini ujung-ujungnya teror untuk kami? Akankah ujung-ujungnya ini pembentukan pemikiran negatif terhadap kami? Wallahualam :).
Jika saya lanjut berspekulasi, saya takut saudara saya semakin menderita, saya takut kalian makin membenci kami. Berpikirlah lebih dalam, kenapa masyarakat dunia langsung berbondong-bondong mengecam aksi teror di Paris dan biasa saja pada aksi teror di belahan dunia lain? Sekali lagi, Wallahualam :)